ACT Luncurkan Lumbung Ternak Wakaf di Tasikmalaya

ACT Luncurkan Lumbung Ternak Wakaf di Tasikmalaya Ketua Dewan pembina ACT, Ahyuddin, menggendong seekor anak kambing di lumbung ternak wakaf di Desa Cintabodas, Tasikmalaya, Jawa Barat (11/12/2019). (Foto&keterangan: Antara).

TASIKMALAYA - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan lumbung ternak wakaf di Desa Cintabodas, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Rabu (11/12), sebagai salah satu upaya mengembalikan kejayaan agraris Indonesia.

"Salah satu kejayaan di negara agraris itu adalah peternakan," kata Ketua Dewan pembina ACT, Ahyuddin, usai kegiatan peluncuran lumbung ternak wakaf di Kabupaten Tasikmalaya.

Ia mengatakan, akan membahagiakan jika seluruh keluarga Indonesia memiliki ternak. Itu bisa menjadi salah satu ukuran kesuksesan di negara agraris.

Oleh karena itu, ACT terus berupaya menggunakan dana-dana wakaf yang masuk ke lembaga tersebut, untuk memodali atau membuat lumbung-lumbung ternak.

Ia menjelaskan, ACT telah memiliki lumbung ternak wakaf pertama di Sumbawa dan yang kedua di Tasikmalaya. Selain itu juga terdapat di Blora dan Aceh. Pengembangan lumbung menjadi lebih banyak, tergantung pada dukungan modal yang masuk melalui wakaf.

Untuk lumbung ternak wakaf Tasikmalaya, saat ini terdapat sekitar 5.000 ekor kambing dan domba. Ternak tersebut sebagian besar merupakan domba Garut, yang dibeli oleh ACT dengan harga relatif murah.

Selain itu, juga terdapat sebagian lagi yang merupakan kambing atau domba dari Purwokerto, dengan ciri khas buntut yang lebih besar. Sebab, cukup sulit untuk memperoleh domba Garut dengan jumlah banyak dalam sekali transaksi jual beli, sehingga perlu penambahan jenis dari daerah lain.

Ia mengatakan, total 5.000 ekor ternak tersebut masih tergolong sedikit jika dibandingkan target ACT yakni sebanyak 25.000 ekor, sehingga akan dimaksimalkan pengembangannya dalam dua tahun ke depan.

Menurutnya, untuk satu desa dengan penduduk sebanyak 5.000 jiwa dibutuhkan minimal 25.000 pembibitan ternak. Sehingga dapat menciptakan desa ternak, yang sekaligus mandiri dengan pangan ternaknya.

Apalagi, satu ekor kambing atau domba di peternakan tersebut menghasilkan sekitar 0,5 kilogram kotoran per hari. Sehingga, dengan total 5.000 ekor ternak akan dihasilkan 2.500 kilogram kotoran setiap harinya.

Hal itu tentunya akan menunjang produksi pupuk organik, yang merupakan pupuk terbaik untuk perkebunan dan sawah di daerah itu.

"Jadi berawal dari lumbung wakaf ini, ke depannya diharapkan akan muncul pula petani-petani sayur serta sawah juga akan bangkit kembali," ujarnya. (Ant).