Bekasi Simpan 114 Ton Cadangan Pangan

Bekasi Simpan 114 Ton Cadangan Pangan Ilustrasi beras yang disimpan di Gudang Bulog. (Foto: Antara Foto).

CIKARANG, BEKASI - Setiap daerah wajib memiliki cadangan pangannya sendiri. Hal ini dilakukan guna mencegah krisis pangan jika terjadi kekeringan berkepanjangan atau gagal panen karena bencana alam, dan hama.

Cadangan pangan berupa beras milik Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dinyatakan aman hingga penghujung tahun ini dengan jumlah mencapai 114 ton.

"Cadangan beras kita untuk tahun ini aman, kita simpan di Gudang Bulog Karawang," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bekasi Agus Trihono di Cikarang, Kamis (9/5).

Cadangan pangan tersebut naik 50 ton dari cadangan semula sebesar 64 ton setelah dilakukan penambahan berdasarkan hasil pembaruan penghitungan jumlah penduduk Kabupaten Bekasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Jadi tidak asal menambah, Peraturan Gubernur yang menjadi acuannya," kata Agus.

Agus menjelaskan, cadangan pangan yang dimiliki akan digunakan jika terjadi keadaan darurat seperti bencana alam dan sejenisnya.

"Jadi kalau terjadi krisis pangan akibat bencana alam dan sejenisnya, dan atau ada instruksi dari kepala daerah, baru kami keluarkan," Agus mengungkapkan.

Cadangan pangan tersebut pun tidak bisa asal dikeluarkan tanpa menggunakan kalkulasi, melainkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lapangan.

"Jadi cadangan pangan milik Pemerintah Kabupaten Bekasi dapat dikeluarkan sewaktu-waktu, semisal saat terjadi bencana. Pengeluaran cadangan pangan tergantung dari yang dibutuhkan untuk membantu masyarakat yang menjadi korban bencana," ujar Agus.

Agus mengaku, hingga kini cadangan pangan tersebut belum terpakai karena belum ada pengajuan permintaan bantuan pangan.

"Namun jika sewaktu-waktu ada pernyataan bencana dan krisis pangan, maka untuk recovery-nya kita turun," tambahnya

Sementara, untuk memenuhi kebutuhan pangan warga Kabupaten Bekasi, dilakukan dengan menjaga arus distribusi pangan sehingga masyarakat dengan mudah mendapat kebutuhan pangan di pasar dengan harga relatif terjangkau.

"Arus keluar dan masuk barang harus diperhatikan dengan baik, jangan sampai gara-gara keterlambatan pengiriman malah menyebabkan kelangkaan di pasar," jelas Agus. (Ant).