Didominasi Pria dan Usia Produktif, Penderita HIV/AIDS di Bogor Meningkat

Didominasi Pria dan Usia Produktif, Penderita HIV/AIDS di Bogor Meningkat Dinkes Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) mencatat ada 290 orang penderita baru HIV/AIDS sepanjang tahun 2018. (Foto: Ist)

CIBINONG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar) mencatat ada 290 orang penderita baru HIV/AIDS sepanjang tahun 2018. Mayoritas pengidap penyakit yang belum ditemukan obatnya tersebut mayoritas berjenis kelamin laki-laki.

Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Agus Fauzi mengatakan, pada 2017 penderita HIV/AIDS sebanyak 264 orang dengan 181 di antaranya laki-laki dan 83 perempuan. Jumlahnya kemudian naik sepanjang 2018 menjadi 290 kasus, 204 laki-laki dan 86 perempuan.

"Secara keseluruhan sejak 2017 hingga 2018 tercatat sekitar 554 penderita HIV/AIDS yang terdata. Untuk tahun 2018 saja sampai Desember 2018 ada 290 orang," kata Agus di Cibinong, Rabu (30/1).

Data yang dimiliki Dinkes Kabupaten Bogor tersebut merupakan akumulasi dari berbagai fasilitas layanan kesehatan yang ada. Jumlah tersebut tersebar di wilayah Kabupaten Bogor mengingat Dinkes hanya mendata warganya semata.

"Kami hanya menginput wilayah Kabupaten Bogor. Untuk luar Kota Bogor disampaikan ke daerah masing-masing untuk pencatatannya," ujarnya.

Yang sangat disayangkan, dari temuan kasus baru selama 2017-2018 mayoritas justru diidap para usai produktif antara 25-49 tahun. Kebanyakan, kata dia, berjenis kelamin laki-laki.

Menurutnya, mobilitas lebih tinggi kaum laki-laki kemungkinan membuat mereka rentan terkena penyakit yang menyerang kekebalan tubuh tersebut. Untuk layanan kesehatan dan pemeriksaan HIV/AIDS sambung, kata dia, masyarakat Kabupaten Bogor bisa memeriksa di 53 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Artinya, puskesmas di 40 kecamatan bisa melayani pemeriksaan warga yang menderita penyakit HIV/AIDS. Dengan begitu, masyarakat dengan mudah mengakses puskesmas melihat kondisi wilayah Kabupaten Bogor yang luas.

"Persentase kasus HIV/AIDS yang tinggi memang laki-laki. Kami akumulasi mereka berusia produktif, karena penularan ini bisa jadi terkait mobilitas, perilaku," ujarnya.

"Misalnya, intensitas keluar malam dan berpotensi bersinggungan dengan penderita HIV/AIDS, sementara ibu-ibu atau kaum perempuan lebih banyak tinggal di rumah," ungkapnya.

Agus juga menerangkan, sudah ada empat rumah sakit daerah yang dapat digunkan pengidap HIV/AIDS. Menurutnya, rumah sakit tersebut dapat melayani pemeriksaan penyakit tersebut.

"Kami (Dinas Keshatan) menyediakan obat bagi penderita HIV/AIDS juga di empat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)," kata dia. (Ant)