Gagap Regenerasi, Pemkot: Sukabumi Kekurangan Jumlah Petani

Gagap Regenerasi, Pemkot: Sukabumi Kekurangan Jumlah Petani DKP3 Pemerintah Kota Sukabumi mengungkapkan setiap tahun jumlah petani terus berkurang. (Foto: Ist)

SUKABUMI - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) mengungkapkan setiap tahun jumlah petani terus berkurang. Untuk itu, perlu inovasi untuk menyiasati masalah regenarasi.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi Kardina Karsoedi mengatakan, inovasi yang dilakukan tidak hanya terkait teknologi pertanian semata. Akan tetapi, juga meliputi langkah-langkah untuk mendongkrak produksi.

"Saat ini jumlah petani yang ada tidak lebih dari 4.500. Itu pun seluruhnya sudah pada tua dan hanya beberapa orang saja yang masih muda," kata Kardina di Sukabumi, Jumat (23/11).

Inovasi yang bakal dikenalkan pun nantinya akan disesuaikan dengan usia petani. Berharap, kata dia, bisa menarik minat generasi muda menjadi petani di masa depan sekaligus meningkatkan kesejahteraan. Akan tetapi, untuk mereka yang telah beranjak dewasa DKP3 akan menerangkan jika tidak ada petani maka imbasnya pangan akan sulit dicari.

Langkah tersebut dilakukan agar regenerasi petani bisa berlanjut, meskipun luas lahan pertanian di Kota Sukabumi kian sempit. Lahan yang tersisa saat ini sekitar 1.440 hektare (ha).

Meski demikian, lahan yang ada bisa dimanfaatkan untuk menambah persediaan kebutuhan pangan sekitar 30 persen. Sisanya, kata dia, terpaksa yharus didatangkan dari luar daerah.

Apapun kondisinya, Kardina mengaku bangga dengan para petani yang masih ada terlebih di tegah lahan yang terbatas. Paslanya, produktivitas yang dihasilkan setiap ha menjadi yang tertinggi di Jabar. 

Rata-rata satu ha lahan bisa menghasilkan 6,7 ton gabah kering dengan panen durasi panen 2,6 kali pertahun. "Kami pun terus menggenjot produksi beras. Selain menyediakan benih padi unggul dan pupuk subsidi, juga menerapkan teknologi agar setiap tahun bisa panen tiga kali," ucapnya.

Menurutnya, petani merupakan pejuang pangan. Keberadaannya harus tetap terjaga sampai kapan pun. 

Saat ini, kata dia, petani tidak lagi harus mencangkul tetapi sudah ada alat yang memudahkan dalam menggarap lahan hingga memanen padi. Selain itu, warga pun juga bisa memanfaatkan lahan perkarangan rumah untuk ditanami tumbuhan konsumsi, baik untuk diri sendiri maupun dijual. (Ant).