Jaga Kualitas Produk Tani, Polbangtan Bogor Promosikan Teknologi GAP

Jaga Kualitas Produk Tani, Polbangtan Bogor Promosikan Teknologi GAP Mahasiswa Polbangtan Bogor melakukan budi daya kubis di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. (Foto: Dokumen Polbangtan).

BOGOR - Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor, Jawa Barat, Didi Kurniasandi mengajak para petani menggunakan teknologi Good Agricultural Practices (GAP) di tengah pandemi COVID-19, agar menghasilkan produk yang aman dikonsumsi.

"Teknologi GAP sangatlah penting diterapkan ketika melihat kondisi sekarang yaitu pandemi COVID-19, karena untuk menyediakan pangan bagi masyarakat harus memperhatikan produk panen aman dikonsumsi," ujar Didi di Bogor, Selasa (6/5).

Teknologi GAP yaitu penerapan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju ramah lingkungan dan berkelanjutan. Teknologi ini diyakini menghasilkan produk yang aman dikonsumsi, sehingga memberikan keuntungan ekonomi lebih bagi petani.

Menurut Didi, melalui prasurvei di tempatnya melakukan budi daya kubis yang berlokasi di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mayoritas produsen komoditas hortikultura masih belum menggunakan teknologi maju ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produknya masih diragukan untuk dikonsumsi.

"Oleh sebab itu pemasaran produk di wilayah tersebut masih kepada tengkulak dengan harga yang rendah," ujarnya pula.

Dia juga menyayangkan keterlibatan petani muda di Kecanatan Cigugur masih minim. Padahal menurutnya pertanian berkelanjutan dalam bidang sosial sangat diperlukan.

Dalam Keputusan Menteri Pertanian RI No: 10/kpts/SM.210/I/05/2019 menyebutkan bahwa pemuda di perdesaan lebih memilih bekerja pada sektor informal di kota, meskipun keterampilan yang dimiliki tidak memadai. Kondisi itu, menurutnya, menyebabkan mengalirnya arus tenaga kerja perdesaan ke perkotaan.

Dari data BPS Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018, rumah tangga petani muda di Indonesia jumlahnya sebanyak 2.722.446. Sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah tangga petani tua yang sebanyak 24.768.671.

"Oleh sebab itu dibutuhkan regenerasi petani termasuk di Kecamatan Cigugur. Kementerian Pertanian pun sedang menggalakkan program penumbuhan petani muda untuk regenerasi petani di Indonesia. Selain itu, juga jiwa wirausaha pemuda tani di Kecamatan Cigugur masih kurang, sehingga membutuhkan dorongan dari berbagai pihak," ujarnya lagi.

Didi menyebutkan, demi meningkatkan kapasitas kewirausahaan petani muda di Kecamatan Cigugur dalam menerapkan GAP, diperlukan pembinaan menggunakan metode dan media sesuai kebutuhan di lapangan.

"Diharapkan dari kegiatan ini bisa membantu meningkatkan kapasitas kewirausahaan petani muda dan menambah jumlah petani muda di Kuningan, agar bisa regenerasi petani tercipta dengan baik," katanya lagi. (Ant).