Manggis Asal Sukabumi Jadi Langganan Ekspor ke China

Manggis Asal Sukabumi Jadi Langganan Ekspor ke China Buah manggis asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) menjadi langganan ekspor ke China mengalahkan beberapa negara di Asia Tenggara. (Foto: Ist)

SUKABUMI - Buah manggis asal Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) menjadi langganan ekspor ke China mengalahkan beberapa negara di Asia Tenggara (ASEAN). Kualitas manggis asal Sukabumi dinilai lebih baik dibandingkan dari negara lain.

Kepala Desa Cibolang Pepen Supendi mengatakan, khusus saat musim panen seperti saat ini, rata-rata sebanyak 10-15 ton manggis per hari diekspor ke China. Bahkan jumlah tersebut bakal meningkat saat puncak musim panen.

"Sukabumi mempunyai beberapa sentra manggis seperti di Kecamatan Cikembar, Cicantayan dan Gunungguruh. Untuk di Kecamatan Gunungguruh, Desa Cibolang menjadi sentra produksi manggis yang mayoritas diekspor ke China," kata Pepen di Sukabumi, Rabu (23/1).

Selama ini, kata dia, permintaan ekspor dari China selalu tidak terbatas. Artinya, berapapun manggis yang dikirim bakal diterima. Kondisi tersebut juga dipengaruhi perayaan Imlek.

China menjadi salah satu negara paling banyak meminta pasokan manggis dari Sukabumi karena dinilai menjadi buah yang terbaik untuk sesaji.

Terkait harga, Asep mengaku nilainya fluktuatif. Namun, jika permintaan melonjak ditambah pasokan manggis dari negara lain ke China sedikit atau terbatas, maka harganya melonjak bisa mencapai Rp50.000 per kg.

Asep menegaskan, untuk kualitas manggis yang diekspor tentunya harus super. Seperti tidak ada bercak dibuah, tangkai buah harus ada, serta daun yang jumlahnya empat tidak boleh ada yang tercabut dan kering.

"Ekspor manggis dari Sukabumi tidak hanya ke China saja, tetapi beberapa negara lain pun meminta seperti negara di Timur Tengah dan Taiwan, hanya yang membedakan adalah ukuran," ungkapnya.

Pepen mengatakan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi. Di daerahnya saat ini ada sekitar 50 hektare kebun manggis, yang 30 persen dari 8.900 jiwa warganya menjadi petani manggis sejak puluhan tahun. Hasil panen manggis cukup bagi warga memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan yang diraih membuat warga setidaknya mampu membeli sepeda motor hingga mobil dari keuntungan menjual manggis.

Asep menambahkan ekspor manggis ke China tidak melewati perantara negara lain. alias langsung ke eksportir yang berada di Negeri Tirai Bambu tersebut. Kecuali, kata dia, ekspor ke negara Timur Tengah yang wajib singgah di Thailand.

Sementara, salah seorang petani manggis di Desa Cibolang Jumin mengaku untuk panen pada Januari ini rata-rata mampu memproduksi 200 kwintal per hari. Namun,saat memasuki masuk puncak panen, pada Februari, mampu mencapai satu ton setiap harinya.

"Rata-rata masa panen Januari hingga Februari, tetapi jika kondisi pohon berbuahnya lebat dan petani tidak cepat-cepat memanen masa panen bisa sampai April," ungkapnya. (Ant)