Saatnya Bali Menjadi Unggulan Ekspor Produk Kakao

Saatnya Bali Menjadi Unggulan Ekspor Produk Kakao Ilustrasi. Foto Pixabay.

Perkebunan rakyat disebut menghasilkan nilai ekonomi suatu produk di sentra produksi jika dijalankan dan dikelola dengan inovation of bussiness. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Andi Nur Alam Syah mengatakan basis perkebunan rakyat untuk komoditas kakao di Bali perlu terus didukung keekonomiannya dan bergandengan dengan potensi wisata.

Dia menambahkan, Bali merupakan salah satu provinsi dengan branding terkuat di Indonesia.

"Siapa yang tidak tahu Bali, (wisatawan) mancanegara pun berbondong-bondong untuk menikmati wisata di sana, nah ini yang perlu ditangkap untuk kakao Bali bisa berbuat banyak di pasar ekspor karena dari wisata sudah punya nilai, tinggal dikemas dan di-branding dengan baik. Ditjen Perkebunan akan terus memerhatikan sentra-sentra produksi kakao di Bali untuk bisa meningkatkan ekspor mendukung program Gratieks," ujarnya, dikutip Selasa (20/9).

Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya mengapresiasi peran pemerintah, salah satunya Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan. I Ketut Wiadnyan, Ketua Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya menyebut Kementerian Pertanian sangat mendukung perkebunan kakao melalui pelatihan, sarana dan prasarana penunjang untuk proses di onfarm, benih yang bersertifikat, sarana dan prasarana penunjang fermentasi, serta alat atau mesin yang bermanfaat untuk pengolahan cokelat. 

Ketut mengungkapkan berkat ketekunan dan komitmen bersama antara kelompok tani dan koperasi, kini mendulang sukses berkat kakao. "Kini Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya dampingan dari Kalimajari Bali telah rutin melakukan ekspor setiap tahun ke Prancis, Belanda, Amerika Serikat, Jepang, Swiss, Belgia sebanyak 0,5 ton hingga 15,5 ton per tahun," ujarnya.

Ia menceritakan kisah suksesnya, Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah berdiri sejak 8 Mei 2006, dengan jumlah anggota sertifikasi sebanyak 609 orang. Produk turunan yang baru dihasilkan berupa Nibs kakao yang dijual ke lokal PT Bali, kakao kul-kul sebanyak 1 ton per bulan dan Bali Varenyam sebanyak 100 kilogram per bulan. Tidak hanya Nibs saja, pihaknya juga berencana memproduksi dan ekspor produk olahan cokelat yang bernilai tambah lebih tinggi.

"Pekebun kakao yang tergabung dalam koperasi dapat memperoleh keuntungan yang cukup signifikan, salah satu dampak positifnya harga penjualan Nibs dapat lebih mahal dan stabil, koperasi pun continue mendampingi petani, memberikan saran advokasi serta melalui pendampingan dari koperasi dapat mengubah mindset pekebun agar lebih memperhatikan proses hulu hingga ke hilir sehingga hasil produksi dan produktivitas berkualitas mutu baik dan berdaya saing," ujarnya.

Ketut menyebut pihaknya memiliki motivasi agar posisi tawar berada di pihak pekebun dan koperasi, sedangkan untuk promosi Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya telah melakukan berbagai promosi untuk memperkenalkan produk olahan kakao miliknya, salah satunya Kalimajari, melalui exhibition dan media sosial.

"Harapan ke depannya, kami dapat di-support mesin-mesin yang kapasitasnya lebih besar sehingga kami bisa menjual pasta, butter, powder baik lokal maupun ekspor," tuturnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Plt. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, Baginda Siagian mengapresiasi langkah yang dilakukan koperasi kakao tersebut. 

"Apalagi didukung kemitraan yang kuat, ini wajib direplikasi di sentra kakao lainnya. Perlu juga memperkuat branding melalui promosi, dan Ditjen. Perkebunan akan hadir di aspek tersebut untuk membantu promosi," ujarnya.