Sibat PMI Tanam Bakau di Wilayah Risiko Bencana

Sibat PMI Tanam Bakau di Wilayah Risiko Bencana Anggota Sibat PMI sedang melakukan penanaman pohon bakau untuk membangun ketangguhan berbasis ekosistem dan investasi. (Foto&keterangan: Antara).

SUKABUMI - Palang Merah Indonesia (PMI) membentuk relawan siaga bencana berbasis masyarakat (Sibat) dari berbagai wilayah yang mempunyai ancaman risiko bencananya tinggi. Ini bertujuan untuk membangun ketangguhan berbasis ekosistem dan investasi.

"Peran sibat di masyarakat telah menjalankan berbagai programnya dengan berbasiskan ekosistem dan investasi melalui pendekatan Pengelolaan risiko terpadu (integrated risk management) yang telah diimplementasikan di masyarakat," kata Kepala Divisi penanggulangan Bencana PMI Pusat, Arifin M Hadi saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (13/10).

Menurutnya, integrated risk management atau IRM adalah sebuah pendekatan dalam upaya membangun ketangguhan bencana di masyarakat, dengan menggabungkan pendekatan pengurangan risiko bencana (PRB) dan adaptasi perubahan iklim, juga restorasi lingkungan alam.

Upaya ini dilakukan PMI dalam rangka mendorong pemberdayaan masyarakat, agar dengan kapasitas dan sumber daya yang dimilikinya dapat tangguh. Juga mampu menurunkan tingkat risiko dampak bencana, yang terjadi di wilayahnya dengan berbasiskan ekosistem dan investasi, melalui pendekatan IRM.

Pendekatan ini sudah dilakukan PMI di berbagai daerah, terutama di lokasi intervensi program yang memiliki ancaman risiko bencana yang tinggi. Salah satunya, strategi yang sudah berhasil seperti yang dilakukan Sibat PMI di Kabupaten Demak dan Batang.

Pada lokasi ini, relawan Sibat Demak berhasil mengubah kawasan pantai yang rusak, menjadi ekowisata reduksi rumah edukasi silvo fishery. Selain itu, berhasil disulap menjadi kawasan hutan mangrove mini seluas satu hektare, dengan konsentrasi rehabilitasi hutan bakau atau mangrove. Serta upaya mitigasi dari gelombang pasang dan banjir.

Lanjut dia, olahan hasil ekosistem mangrove pun sudah bisa dimanfaatkan masyarakat desa untuk menambah penghasilan, di antaranya kepiting jantan telor, ikan tambak goreng, udang goreng dan cumi-cumi kecap manis.

Hal serupa juga telah sukses dilakukan oleh tim Sibat dari berbagai daerah, seperti Aceh, Lombok Barat, serta Bengkulu dengan melakukan pembibitan mangrove dan budidaya tanaman produktif. Juga dipadukan dengan restorasi ekosistem.

Daerah lainnya yang juga dijadikan percontohan dan kesuksesan Sibat, seperti PMI Kabupaten Malang dengan budidaya rumput odot untuk mitigasi ancaman gunung api. Kemudian Sibat PMI Solo dengan kesuksesan vertical garden dan akar wangi, disusul daerah Sikka dan Lembata dengan penanaman sorgum.

Tidak kalah menariknya yang dilakukan Sibat PMI Kabupaten Bogor dan Jakarta Utara, yang sukses dan menjadi percontohan dalam pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim, dalam pengelolaan manajemen sampah, kampanye, penghijauan, mitigasi struktural ruang terbuka hijau (RTH).

"Semua keberhasilan ini dilakukan sebagai upaya pendekatan dalam upaya membangun ketangguhan bencana di masyarakat, dengan menggabungkan pendekatan PRB dan adapatasi perubahan iklim," tambahnya.

Dalam pelaksanannya pihaknya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti dari IFRC, Palang Merah Amerika (Amcross), Palang Merah Jepang (JRCS), Zurich Insurance Foundation, Palang Merah Australia, Palang Merah Belanda, akademisi, serta dari berbagai lembaga lainnya yang terlibat didalamnya. (Ant).