Ahli Vulkanologi: Jangan Lagi Ada Berita Tsunami karena Erupsi Anak Krakatau

Ahli Vulkanologi: Jangan Lagi Ada Berita Tsunami karena Erupsi Anak Krakatau Diskusi Mitigasi Bencana Masih Jadi PR di Jakarta, Kamis (3/1). (Foto: Achmad)

JAKARTA - Publik diminta tidak menyalahartikan antara tsunami di Selat Sunda dengan erupsi Gunung Anak Krakatau. Sejatinya tidak ada hubungan antara dua gejala alam tersebut.

Ahli Vulkanologi Surono atau yang akrab disapa Mbah Surono menerangkan, tsunami yang terjadi di Pandeglang, Banten, Sabtu (22/12) malam terjadi karena longsoran Anak Gunung Merapi. Alhasil, kata dia, kurang tepat jika berita tentang musibah yang menewaskan 431 orang meninggal dan 7.200 luka-luka ditulis karena erupsi Anak Krakatau.

"Jangan ada diskusi, jangan diberi judul tsunami di Selat Sunda disebabkan letusan Gunung Anak Krakatu," kata Mbah Rono dalam diskusi dengan tema Mitigasi Bencana Masih Menjadi PR, di Jakarta, Kamis (3/1).

Dia menengaskan, longsor Gunung Anak Krakatau menyebabkan tsunami di Selat Sunda merupakan hasil pengamatan yang telah diteliti para akademisi. Bahkan potensi longsoran yang menyebabkan tsunami tersbeut telah dipublikasikan sejak 2012.

"Ini bukan letusan tapi longsoran Gunung Krakatau. Tsunami tersebut telah diteliti disebabkan karena longsoran," ungkapnya.

Dia berseloroh, andai Gunung Anak Krakatau dapat berbicara, maka seluruh gunung yang berada di Pulau Jawa dan Sumatera bakal mengiyakan yang disampaikan. "Anak Krakatau akan bicara, dari dulu orang melihat potensi tsunami pada longsoroan tubuh saya bukan letusan," ujarnya.

"pasti Anak Krakatau dengan jujur mengatakan hal tersebut," tuturnya.