BPS Jabar: Penduduk Miskin di Jawa Barat Menurun

BPS Jabar: Penduduk Miskin di Jawa Barat Menurun Kepala BPS Jawa Barat, Dody Herlando memaparkan data angka kemiskinan Jawa Barat di di Kantor BPS Jawa Barat, Jalan PHH Mustofa, Kota Bandung, Senin (15/7/2019). (Foto: Antara).

BANDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat menyatakan, jumlah penduduk miskin di daerah itu mengalami penurunan sebanyak 140,2 ribu jiwa.

Rinciannya yaitu dari 3,53 juta jiwa (7,25 persen) pada September 2018, menjadi 3,39 juta jiwa (6,91 persen) pada Maret 2019.

Kepala BPS Jawa Barat, Dody Herlando di Bandung, Senin (15/7) mengatakan, tingkat kemiskinan tersebut mengacu kepada garis kemiskinan (GK) yakni Rp386.198 per kapita perbulannya.

Angka GK tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 3,99 persen dibanding September 2018.

"Kemiskinan dimensinya luas, tetapi yang dipakai oleh BPS yakni kebutuhan paling mendasar, yakni kebutuhan makanan yang bisa diekuivalensikan dengan rupiah," kata Dody Herlando.

Secara umum, kata Dody, sejak 2014 tingkat kemiskinan di Jawa Barat menunjukkan tren menurun, baik dari sisi jumlah maupun persentasenya.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, data BPS menunjukan pada periode September 2018 - Maret 2019 jumlah penduduk miskin Jawa Barat, di daerah perkotaan dan pedesaan turun, masing-masing sebanyak 67,57 ribu jiwa dan 72,67 ribu jiwa.

Namun dengan angka 3,39 juta jiwa, menurut Dody jumlah penduduk miskin tersebut masih termasuk banyak dibandingkan daerah lain.

Dody mengatakan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat adalah 13 persen dari skala nasional.

"Kami harus urus 13 persen itu, jangan terlena dengan persentase kecil tapi jumlahnya banyak," kata Dody.

Sementara itu, berdasarkan data tahun 2018 Kabupaten Bogor menjadi daerah yang jumlah penduduk miskinnya terbanyak yakni 415 ribu jiwa.

Sedangkan Kota Sukabumi menjadi kota yang jumlah penduduk miskinnya terendah yakni 23 ribu jiwa.

Namun angka tersebut juga mengacu kepada GK di daerah masing-masing. Dody mengatakan GK di sebuah daerah itu tergantung sumber daya dan kekayaan alam yang dimiliki masing-masing daerah.

"Jadi sebenarnya angka kemiskinan itu terkadang stereotip, tergantung daerahnya masing-masing," kata Dody. (Ant).