'Diorama' Indonesia di Apkasi Otonomi Expo 2019

'Diorama' Indonesia di Apkasi Otonomi Expo 2019 Ketua Umum Apkasi 2019-2020, Abdullah Azwar Anas (tengah) bersama timnya di penutupan Apkasi Otonomi Expo 2019, Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (6/7/2019). (Foto: Humas Apkasi).

JAKARTA - Indonesia saat ini memiliki ratusan kabupaten dan daerah otonomi, yang mengusung keunikan dan potensi sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya masing-masing.

'Diorama' potensi daerah tersebut dapat ditemui pada Apkasi Otonomi Expo 2019, yang telah dilaksanakan pada 3-5 Juli 2019 di Hall A dan B Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat. 

Ratusan booth dari pelbagai kabupaten dan provinsi, menawarkan potensi daerahnya kepada para investor dan buyer, yang datang mencari peluang bisnis. Bentuk booth-nya pun mengusung identitas daerahnya masing-maising. 

Ada yang menghias booth-nya dengan produk kerajinan khas daerahnya. Ada pula yang menghias booth-nya dengan foto-foto tujuan wisata andalan di daerahnya. 

Salah satu booth yang cukup menarik perhatian adalah booth Kabupaten Jayapura dari Provinsi Papua. Dengan warna ornamen mayoritas biru dikombinasikan putih, Kabupaten Jayapura cukup menarik perhatian pengunjung yang datang.

 

Booth Kabupaten Jayapura di Apkasi Otonomi Expo 2019 di JCC, Jakarta. (Foto: Rina Suci).

 

Beberapa di antaranya asik berfoto menggunakan mahkota khas Papua, yang terbuat dari bulu burung cendrawasih. Bukan hanya itu, di sana juga dipamerkan hasil kerajinan tangan dan hasil bumi khas Kabupaten Jayapura.

Dari hasil bumi tersebut yang paling dikenal adalah buah merah, yang konon khasiatnya sangat banyak untuk kesehatan dan kecantikan.

Selain itu, ada pula tepung tapioka dan beras analog yang dibawa sebagai potensi hasil bumi Jayapura. Thomas Temongmere dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kabupaten Jayapura, menjelaskan tentang beras analog yang cukup menarik perhatian pengunjung.

"Beras ini terbuat dari sagu dan kasbi (singkong) disebut beras analog mix, baru beberapa tahun terakhir dibuatlah beras ini," kata Thomas membuka penjelasan.

Thomas menyampaikan bahwa masyarakat Jayapura cukup menerima variasi makanan lain selain sagu. Ia juga mengatakan bahwa di Jayapura juga dibudidayakan singkong atau kasbi. Sehingga potensi ini diberdayakan untuk menghasilkan jenis makanan pokok lain. 

Beras tersebut, menurut Thomas adalah inisiasi dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Jayapura. "Yang meneliti (membuat beras analog) adalah Pak Made, Pak Made adalah dosen Uncen (Universitas Cendrawasih) di Jayapura," ungkap Thomas.    

Thomas mengatakan, bahwa belum banyak yang mengetahui bahwa Jayapura memiliki beras analognya sendiri. Salah satu cara untuk memperkenalkannya adalah melalui pameran dan expo seperti di Apkasi Otonomi Expo 2019 tersebut. 

Dengan begitu, ia berharap produk-produk unggulan dari Kabupaten Jayapura akan lebih dikenal oleh warga Indonesia di kawasan lainnya. 

"Cara memasaknya sangat mudah, perbandingannya 1:1, jika berasnya satu cup, maka airnya juga satu cup. Masak dulu airnya hingga mendidih, baru masukkan berasnya, masak hingga matang. Nasi analog ini cocok dimakan dengan ikan kuah kuning. Harganya di Jayapura Rp15 ribu, tapi kami belum tahu kalau dikirim dalam jumlah besar ke luar Papua, akan jadi berapa harganya, karena tergantung ongkos kirimnya juga," papar Thomas yang menyarankan penderita diabetes untuk mengkonsumsi beras analog karena kadar gulanya rendah.

 

Thomas Temongmere dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. (Foto: Rina Suci).

 

Menurut Thomas, saat ini kabupatennya tengah gencar mempromosikan keunggulan wilayahnya, bukan hanya tujuan wisata tapi juga hasil buminya. 

"Tidak susah juga memperkenalkan beras ini, tapi memang butuh waktu, kalau kami sudah tahu dan mendapatkan pasarnya pasti kami pasang target produksinya," ujarnya menjawab pertanyaan tentang promosi dan target produksi beras analog Jayapura. 

T-shirt Serat Bambu

Dari Kabupaten Jayapura, redaksi berkunjung ke booth Kabupaten Bandung Barat. Ada yang cukup unik dari kabupaten ini yaitu produk kaos atau t-shirt yang terbuat dari serat bambu.

Sekilas kaos itu tampak sama dengan kaos pada umumnya. Warnanya polos dan potongan polanya sama dengan kaos lengan pendek dan panjang pada umumnya. 

Namun yang membedakan adalah tekstur dari kaos tersebut, ketika dipegang akan terasa kaos tersebut sangat halus dan lembut, juga terasa sangat nyaman, dan adem ketika bersentuhan dengan kulit. 

Pengrajinnya bernama Arfin yang memiliki hobi merancang fashion untuk laki-laki. "Awalnya kami dari berbagai eksperimen merancang kaos dari berbagai bahan, mulai dari 40S, 20S, itu jenis tekstil untuk t-shirt. Setelah dicoba tidak ada keunikan dan kurang nyaman. Ketika saya tahu sudah ada bahan baku tekstil terbuat dari serat bambu, maka saya coba aplikasikan menjadi kaos. Ternyata hasilnya enak dipakai," kata Arfin mengisahkan awal mula usahanya. 

 

Arfin pengrajin T-shirt serat bambu di booth Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Rina Suci).

 

Menurut Arfin, banyak konsumennya tertarik membeli karena merasakan kaos serat bambunya itu terasa sangat nyaman dan lentur. "Bahkan sesudah dicuci juga tak berubah, tidak jadi melar," tambah Arfin yang menjual kaosnya di kisaran Rp150 ribu per helai. 

Arfin menyampaikan bahwa sebetulnya serat bambu bisa diaplikasikan untuk produk fashion seperti kaos. "Saya mau kembangkan untuk membuat sepatu juga," kata Arfin yang berencana akan merilis sepatu serat bambu secepatnya. "Mungkin sebulan lagi sudah rilis," imbuh sarjana teknik mesin yang senang berbisnis ini.

Acara seperti Apkasi Otonomi Expo 2019 ini merupakan salah satu ajang yang ia manfaatkan untuk mempromosikan produknya.

"Promosinya memang tidak sulit, bisa lewat sosmed juga, tapi memang lebih sering ikutan event seperti ini, untuk mempromosikan produk saya," jelas wirausahawan muda yang juga binaan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat ini. 

"Keuntungannya dibina oleh Pemkab adalah kami dapat fasilitas promo gratis, perizinan mudah. Tapi memang belum sampai tahap dibantu untuk mendapatkan link investor yang lebih besar. Tapi sebetulnya pemkab sudah cukup membantu," kata Arfin yang berharap bisnisnya naik kelas dari mikro menjadi kelas menengah. 

Terkait dengan Apkasi Otonomi Expo 2019 sendiri, Arfin yang berasal dari wilayah Tani Mulya, Kabupaten Bandung Barat ini, berharap Apkasi lebih gencar lagi mempromosikan acaranya, sehingga buyer yang datang jauh lebih banyak. 

"Harapan saya ke Apkasi, saya lebih cenderung (ingin) dapat buyer yang sifatnya bukan individu, tapi (skala) perusahaan. Atau terjalin B to B (busines to business), mungkin antara EO-nya sendiri yang mungkin memerlukan t-shirt ya. Saya lihat pengunjungnya sepertinya lebih banyak orang dinas, seharusnya lebih banyak orang publik. Karena harapan saya (ada) buyer. Target penjualan selama tiga hari acara ini menjual 100 pieces, tapi di hari ketiga ini baru kejual 40 atau 50 pieces. Karena saya kan sifatnya bisnis, perlu transaksi, jadi perlu lebih banyak buyer," ungkap Arfin memberi masukan kepada penyelenggara. 

Apkasi 'Kick Off' Terobosan Digital

Sementara itu, Ketua Umum Apkasi periode 2019-2020 yang baru terpilih pada 3 Juli 2019, Abdullah Azwar Anas yang sekaligus Bupati Banyuwangi mengatakan, bahwa sebanyak 11 ribu pengunjung yang terdiri dari buyer dan investor telah datang, selama tiga hari pelaksanaan Apkasi Otonomi Expo 2019. 

Azwar menyampaikan, bahwa Apkasi di bawah kepemimpinannya akan terus melakukan kolaborasi berbasis digital, salah satunya dengan Bukalapak.com, untuk mendorong kabupaten dapat menjual keunggulannya tak hanya di Indonesia, tapi ke mancanegara. 

"Saya sudah berkeliling ke arena pameran yang digelar oleh Apkasi, dan saya melihat begitu banyak potensi komoditas yang bagus-bagus. Sangat sayang kalau ini tidak di-online-kan agar masyarakat banyak mengetahuinya," Kata Azwar. 

Menurut Azwar, Apkasi sendiri juga berkomitmen mendukung program-program Kementerian Pariwisata. Sehingga kebijakan dari kementerian tersebut memiliki instrumen pelaksanaan yang efektif dan saling dukung di daerah. 

Menanggapi masukan dari peserta pameran, yang berharap lebih banyak buyer dan pengunjung publik, Azwar mengatakan bahwa hal tersebut masih di luar pengetahuannya. Mengingat dirinya baru saja dilantik sebagai ketua umum. 

"Saya kan baru ya, tapi mungkin ke depan akan dikembangkan," kata Azwar merespons pertanyaan Jurnal Jabar, mengenai keluhan dari peserta pameran, tentang buyer yang dianggap masih kurang banyak, Jumat (5/7) seusai penutupan Apkasi Otonomi Expo 2019. 

 

Ketua Umum Apkasi 2019-2020, Abdullah Azwar Anas yang juga Bupati Banyuwangi, setelah penutupan acara Apkasi Otonomi Expo 2019, Jumat (5/7/2019). (Foto: Humas Apkasi).

 

Meskipun begitu, Azwar menyampaikan bahwa secara umum expo kali ini sudah baik dan sesuai target.

"Secara umum sih oke, karena penjualan totalnya sudah cukup oke," imbuh Azwar. "Target kurang lebih 10 ribu (pengunjung) karena bersamaan dengan event-event lain, (jadi) yes sesuai target," jelas Azwar.

Azwar juga menyampaikan, ke depannya Apkasi akan mengandeng lembaga-lembaga yang memiliki potensi untuk mendatangkan buyer lebih banyak. 

"Secara kreatif ini (Apkasi Otonomi Expo 2019) oke, karena ini tidak pake EO (event organizer)," pungkas Azwar menanggapi expo kali ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya.  

Apkasi Otonomi Expo 2019 ini bukan hanya berupaya untuk membuka jalur-jalur investasi untuk daerah, sekaligus sebagai 'kick off' Apkasi melakukan terobosan digital dengan salah satunya menggaet Bukalapak. 

Tujuan besarnya adalah untuk membantu pengembangan lebih dari 400 kabupaten di Indonesia. 

Visi 'Terobosan Digital' ini juga sudah digaungkan oleh Azwar ketika ia didapuk sebagai Ketua Umum Apkasi 2019-2020, pada Rabu (3/7) lalu. 

Tentu saja, semua pihak menunggu bagaimana gebrakan dan realisasi Apkasi, di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas untuk mencapai targetnya.