Kementrian PUPR optimistis Bendungan Ciawi rampung 2020

Kementrian PUPR optimistis Bendungan Ciawi rampung 2020 Kondisi pembangunan Bendungan Ciawi,Sukamahi, Kab. Bogor pada Senin, 01 April 2019. (Foto: Antara Foto).

Bogor - Permasalahan manajemen penampungan dan pengolahan air masih merupakan pekerjaan berat di Indonesia. Indonesia masih belum memiliki jumlah bendungan yang cukup untuk menampung air, agar air tidak menjadi bencana jika volumenya melimpah. 

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Hari Suprayogi optimistis dua bendungan di Kabupaten Bogor Jawa Barat, yakni Ciawi dan Sukamahi bisa selesai untuk digunakan tahun 2020.

"Bendungan Ciawi dan Sukamahi kita harapkan 2020 selesai, optimis. Meskipun, membangun bendungan itu rata-rata empat tahun lima tahun," ujarnya saat menghadiri acara puncak peringatan Hari Air Dunia XXVII di Situ Lido Cigombong, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Selasa.

Menurutnya, kini pembebasan lahan yang menghabiskan biaya senilai Rp1,5 triliun itu sudah berjalan 80 persen. Sedangkan sisanya yang 20 persen tinggal tahap pembayaran.

Meski begitu, Hari menyebutkan bahwa pembangunan konstruksi sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Kini, kemajuan konstruksi yang menelan biaya Rp1,2 triliun sudah mencapai 18 persen.

"Awal pasti masalah lahan, tapi ini udah keliatan. Waduk Ciawi dan Sukamahi semua dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik lahan maupun konstruksi," kata Hari.

Dua bendungan yang mulai dikerjakan pada 2017 itu diharapkan bisa mengurangi banjir yang kerap terjadi di wilayah DKI Jakarta berasal dari hulu Sungai Ciliwung di Kabupaten Bogor.

Fungsi Bendungan Ciawi untuk meringankan beban volume Bendungan Katulampa
Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta kubik air atau bisa menampung 365 meter kubik air per detik. Sementara Bendungan Sukamahi memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik atau 56 meter kubik air per detik.

Dua bendungan ini memiliki fungsi memperlambat air menuju Jakarta. Air akan ditampung kedua bendungan itu terlebih dahulu, kemudian akan dialirkan ke Bendung Katulampa.

Berdasarkan hal tersebut, maka air akan tertampung terlebih dahulu di Bendungan Ciawi dan Sukamahi. Lalu air yang mengalir ke Katulampa menjadi lebih lambat dan semakin sedikit. Setelah itu, air Bendung Katulampa akan dialirkan menuju ke Jakarta secara bertahap.

Hari menyebutkan, rasio tampungan air di Indonesia saat ini masih minim, yakni 50 meter kubik per kapita per tahun. Angka itu menempatkan Indonesia satu tingkat di atas negara Ethiopia yang angkanya 35 meter kubik per kapita per tahun.

Sedangkan di negara lain, seperti Thailand sudah mencapai angka 1.200 meter kubik per kapita per tahun.

Kini, Pemerintah tengah membangun sebanyak 65 bendungan di berbagai wilayah Indonesia. Tapi, semua bendungan itu sebetulnya hanya mampu menaikkan rasio tampungan air menjadi 95 meter kubik per kapita per tahun.

Sehingga, menurutnya masih jauh dengan Visi Kementerian PUPR Tahun 2030, yakni rasio tampungan air terhadap jumlah penduduk bisa mencapai sebesar 120 meter kubik per kapita per tahun.

"Thailand saja 1.200 meter kubik per kapita per tahun, kita 2030 baru 120. Jadi kita harus membangun tampungan-tampungan, waduk-waduk sebanyak mungkin," papar Hari. (ANT).