Peneliti LIPI Temukan Spesies Katak Baru

Peneliti LIPI Temukan Spesies Katak Baru Peneliti bidang herpetologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy, menunjukkan tiga spesies kodok wayang yang baru diidentifikasi di Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Jawa Barat, Selasa (08/10/2019). Jenis kodok itu ditemukan di hutan dataran tinggi Sumatera. (Foto&keterangan: Antara).

CIBINONG - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengidentifikasi satu spesies baru katak, tiga spesies baru kodok wayang, satu spesies baru cicak, dan satu spesies baru burung.

Peneliti bidang herpetologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy di Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong menjelaskan, spesies katak yang baru diidentifikasi dinamai katak tanduk Kalimantan (Megophrys kalimantanensis).

Tim peneliti dari LIPI, Kyoto University dan Aichi University of Education di Jepang, Institut Teknologi Bandung, serta Universitas Negeri Semarang mendeskripsikan jenis katak baru itu. Temuan mereka dipublikasikan dalam jurnal Zootaxa vol.4679.

Katak tanduk Kalimantan ditemukan dalam ekspedisi di pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Bario (Sarawak), dan pegunungan Crocker di Sabah, Malaysia.

Morfologi katak tanduk Kalimantan sangat mirip dengan katak tanduk pinokio (Megophrys nasuta), yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya.

"Jenis baru ini memiliki tanduk atau dermal accessory pada bagian moncong dan mata yang lebih pendek jika dibandingkan dengan katak tanduk pinokio," kata Amir.

Katak tanduk Kalimantan juga memiliki sepasang lipatan lateral tambahan pada sayap. Pada katak jantan, lipatan lateral tambahan pada sayap variasinya lebih banyak dan lebih panjang, jika dibandingkan dengan katak tanduk pinokio.
 
Amir menjelaskan pula, bahwa tiga spesies kodok wayang yang baru diidentifikasi ditemukan di hutan dataran tinggi Sumatera, yakni Sigalegalephrynus gayoluesensis di Gayo Lues, Aceh; Sigalegalephrynus burnitelongensis di Gunung Burni Telong, Aceh; dan Sigalegalephrynus harveyi di Gunung Dempo, Sumatera Selatan.

Genus Sigalegalephrynus memiliki lebih banyak spesies endemik, dibandingkan genus kodok lainnya di Indonesia.
 
Selain katak dan kodok, peneliti LIPI mendeskripsikan spesies burung baru bernama Myzomela prawiradilagae, burung endemik di Indonesia yang ditemukan di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur.

"Hasil penelitian ini merupakan salah satu contoh kolaborasi dengan berbagai pihak. Penelitian terhadap burung di Indonesia timur ini adalah hasil kerja sama Museum Zoologicum Bogoriense LIPI dan Museum Lee Kong Chian Natural History Museum di Singapura," kata peneliti bidang ornitologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Mohamad Irham.

Secara fisik, Myzomela prawiradilagae memiliki kemiripan warna dengan Myzomela dammermani dari Sumba dan Myzomela vulnerata dari Timor. Burung itu memiliki bagian warna merah dari kepala hingga sedikit ke leher.
 
Penamaan burung jenis baru dari Pulau Alor, merupakan bentuk penghargaan kepada peneliti senior bidang ornitologi LIPI Dewi Prawiradilaga, atas kontribusi besarnya untuk pengembangan penelitian ekologi dan konservasi burung Indonesia.

Meskipun burung pemakan madu alias nektorivora tersebut secara filogenetik berkerabat dekat dengan Myzomela kuehni dari Pulau Wetar, Maluku, namun karakter morfologi, bioakustik, dan ekologinya berbeda nyata. 

Hasil penelitian mengenai burung jenis baru itu, telah dipublikasikan di Journal of Ornithology pada 24 September 2019.

Peneliti LIPI juga mengidentifikasi spesies baru cicak yang dinamai Cnemaspis muria, atau cicak-batu Gunung Muria yang merupakan satwa endemik Jawa.
 
Spesies lain yang diidentifikasi peneliti LIPI adalah Litoria pinocchio, atau katak pinokio yang merupakan binatang endemik Papua.
 
Peneliti LIPI merekomendasikan tiga spesies kodok yang baru diidentifikasi itu dikategorikan berstatus critically endangered (kritis atau sangat terancam punah), katak tanduk Kalimantan berstatus vulnerable atau rentan, burung  Myzomela prawiradilagae berstatus endangered (genting).

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cahyo Rahmadi, mengatakan kegiatan penelitian khususnya fauna, merupakan bagian dari upaya untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia. Utamanya dari Sabang sampai Merauke.

"Kami menghabiskan sekian miliar rupiah untuk kegiatan eksplorasi, dan kami hasilkan penemuan baru yang bisa kami pertanggungjawabkan ke masyarakat," kata Cahyo. (Ant).