Butuh Kerja Bersama Bangun Perkebunan Indonesia

Diinternal pertanian harus satu program satu tujuan dan dikolaborasikan.
Jumat, 23 Des 2022 10:27 WIB Author - Hermansah

Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Perkebunan gelar Perkebunan Indonesia Expo, mendapatkan apresiasi luar biasa, dibalik capaian keberhasilan ini, menjadikan suatu potensi besar baik domestik maupun eksor baik industri farmasi, penghimpunan sumber tenaga kerja yang bisa bekerja di sub sektor perkebunan, maupun peningkatan kesejahteraan petani salah satunya dari perkebunan.

Saat ini kelapa sawit masih menjadi unggulan nomor 1, karet nomor 2, kayu manis nomor 1. Kakao dan kopi masih harus ditingkatkan. Perlunya ditingkatkan bagaimana mengkonkretkan terobosan-terobosan program dan merealisasikannya, berkiprah berkontribusi lagi kedepannya, ujar Kasdi Subagyono, Sekjen Kementerian Pertanian saat membukatalkshowpeluang dan tantangan sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan krisis pangan dunia, Kamis (22/12).

Kasdi menambahkan, ada tigapermasalahan utama yang dihadapi dari kondisi saat ini di antaranya pertama, pandemi covid masih memberikan dampak yang cukup signifikan.Kedua, perubahan iklim yang semakin ekstrim hingga mempengaruhi kondisi tanam tanaman, diperlukan elaborasi supaya tergambarkan ketika kita menghadapi cuaca ektrem yang tidak biasa, harus menyiapkan langkah strategis. Ketiga, geopolitik yang berdampak pada krisis pangan. Ke depan, pentingnya keseimbangan, baik itu ketersediaan bahan baku maupun harga.

Kasdi menjelaskan, Kementerian Pertanian tentunya tak tinggal diam, melakukan berbagai upaya, dengan menyiapkan tigastrategi untuk menangani tantangan tersebut, yakniPertama, peningkatan kapasitas produksi dikaitkan dengan upaya yang bisa mengendalikan atau menekan inflasi, mengurangi impor kedelai gula tebu daging sapi bawang putih jagung. Contoh pabrik gula yang berbasis tebu dijumlahkan dan dipenuhi konsistensinya, maka tidak perlu menambah pabrik baru. Menganalisis kesesuaian kebutuhan pabrik agar tepat guna. Kedua, substitusi impor, gandum (ubi kayu, sorgum, sagu), gula tebu (gula nontebu stevia, lontar, aren), daging sapi (daging kambing/domba, itik/ayam lokal), dan peningkatan ekspor. Hal yang perlu diperhatikan untuk mengakselerasi gandum supaya tidak ada lagi impor lagi yaitu dengan sagu. Harus diatur dengan baik dengan mempertimbangkan segala aspek. Dan ketiga, peningkatan ekspor melalui sarang burung walet, porang, ayam telur.

Tentu dalam pengimplementasian program tidak mudah, komoditasnya harus fokus, strategi pembangunan pertanian mendukung ketahanan pangan dan peningkatan daya saing berkelanjutan di antaranya peningkatan kapasitas produksi itu suatu keharusan, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern dan gerakan tiga kali ekspor (gratieks), ujarnya.

Baca juga :