Dirjen ILMATE: Pemerintah Berkomitmen Tingkatkan Daya Saing Indonesia

Kemenperin telah mendorong pola pendidikan vokasi industri yang mengutamakan adanya 'link and match' antara SMK dengan Industri.
Rabu, 30 Okt 2019 15:36 WIB Author - Rina Suci

JAKARTA - Sektor-sektor industri manufaktur di Indonesia masih tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan adanya upaya ekspansi dari sejumlah perusahaan dan masuknya beberapa investasi baru. Contohnya, pada sektor Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE).

Hingga triwulan II tahun 2019, nilai investasi sektor ILMATE mencapai Rp22,2 Triliun. Industri logam dasar memberikan kontribusi terbesar hingga Rp13,4 Triliun.Kemudian industri kendaraan bermotor sebesar Rp4,71 Triliun serta industri komputer, barang elektronik dan optik sebesar Rp2,08 Triliun.

Guna menggenjot daya saing industri kita, tentunya diperlukan dukungan ketersediaan bahan baku, SDM kompeten, suplai energi yang cukup, serta penggunaan teknologi dan permesinan dalam proses produksi, ungkap Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Harjanto di Jakarta, Rabu (30/10).

Apalagi, saat ini dunia industri khususnya sektor manufaktur tengah bersiap menghadapi perkembangan revolusi industri 4.0. Secara garis besar, penerapan industri 4.0 mengintegrasikan dengan lini produksi di sektor industri, dengan jaringan internet sebagai penopang utama.

Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan posisi daya saing Indonesia. Salah satu solusi yang tengah didorong oleh Kemenperin adalah memacu industri dalam negeri agar terus melakukan inovasi dalam menghadapi implementasi industri 4.0. Hal ini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, papar Harjanto.

Harjanto menjelaskan, inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien dan efektif, dalam penerapan industri 4.0, dinilai akan mempercepat peningkatan daya saing industri. Khususnya daya saing dalam negeri secara signifikan.

Baca juga :