Prevalensi Stunting di Jawa Barat Turun Jadi 15,9% pada 2024
Prevalensi Stunting di Jawa Barat Turun Jadi 15,9% pada 2024
Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat berhasil turun menjadi 15,9% pada 2024 berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya.
Capaian tersebut disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Aksi Konvergensi Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting (PPPS) di Kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat, Senin (26/5).
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi menyebut, penurunan ini merupakan hasil kerja bersama lintas sektor, dari tingkat provinsi hingga desa.
“Ini bukan sekadar angka, tetapi bukti bahwa intervensi mulai dari edukasi gizi, layanan kesehatan ibu dan anak, hingga perbaikan akses air bersih dan sanitasi telah membawa hasil,” kata Vini yang juga Wakil Ketua Harian Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Jawa Barat.
Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Jabar Anne Carolina, mewakili Kepala Bappeda selaku Ketua Harian TPPS, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi semua pihak.
“Atas nama Pemprov Jabar, kami ucapkan terima kasih atas kontribusi seluruh pemangku kepentingan dalam penurunan stunting ini,” ujar Anne.
Berbagai inovasi dilakukan Pemprov Jabar untuk mendukung penanganan stunting, di antaranya:
1. Buku Saku Penanganan Stunting dan Silabus Peran Camat
2. Tim LO Stunting ke 27 kabupaten/kota
3. KKN Tematik Stunting
4. RATAS Stunting SPBE (integrasi berbasis sistem digital)
5. Jabar Stunting Summit
6. GEMAZ (Generasi Emas Bebas Anemia dan Zero Stunting)
7. MORING (Monitoring Rutin Aksi Konvergensi)
8. ODADING (Obrolan Daring Stunting)
9. COMRING (Coffee Morning Stunting)
10. Kolaborasi Pentahelix Zero New Stunting
11. ASA (Aksi Stunting Award)
Pemprov juga mengembangkan program Geber Si Jumo Jamilah, yaitu Gerakan Bersama Literasi Stunting, Imunisasi, Pencegahan DBD (Si Jumo), serta Gerakan Jaga Ibu Hamil dan Lingkungan Sehat (Jamilah).
Sejumlah inovasi daerah turut mendorong penurunan stunting, seperti:
1. Simpati Jitu (Kabupaten Sumedang)
2. Gemini (Kota Depok)
3. Tos Stunting (Kabupaten Garut)
4. Gerakan Cinta Kelor 3M (Kabupaten Bekasi)
5. e-Penting (Kota Bandung)
6. Anting Berlian (Kota Banjar)
Penurunan prevalensi stunting ini, menunjukkan bahwa konvergensi program, inovasi lokal, dan sinergi lintas sektor mampu memberikan dampak nyata bagi kesehatan generasi masa depan.
Komentar