Pakar Psikologi: Kampanye Pilpres Hanya Diwarnai Perang Jargon

Pakar psikologi Hamdi Muluk menilai kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 masih diwarnai perang jargon selama dua bulan terakhir.
Jumat, 16 Nov 2018 16:48 WIB Author - Achmad Syukron Fadillah

JAKARTA - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk menilai kampanye Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 masih diwarnai perang jargon selama dua bulan terakhir. Sementara, terkait gagasan atau program belum terlihat seutuhnya.

Dia menilai, alternatif kebijakan yang ditawarkan pasangan calon (paslon) Joko Widodo (Jokowi)-Maruf Amin belum mewarnai masa kampanye. Sementara, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno lebih sering mengkritik hal yang tidak sesuai fakta.

Perang jargon tersebut antara lain tempe setipis kartu ATM, politik sontoloyo, dan wajah Boyolali. Hamdi pun menilai kedua pasangan calon tersebut tidak ada bedanya dalam konten kampanye.

Kampanye yang ditampilkan masing-masing pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tidak substantif. Hanya jargon-jargon politik padahal seharusnya diisi dengan adu program dan gagasan berbasis data akurat, kata Hamdi di Jakarta, Jumat (16/11).

Pada akhirnya menyerang karakter calon yang sifatnya personal karena itu satu-satunya yang membedakan kedua kubu. Nyaris tidak ada beda antara keduanya dari sisi program, ujarnya.

Baca juga :