Ibarat Jalur Gaza, 8 Kabupaten/Kota Ini Wajib Dimenangkan Jokowi

Ibarat Jalur Gaza, 8 Kabupaten/Kota Ini Wajib Dimenangkan Jokowi Dua pasangan calon presiden dan wakil dalam debat capres perdana di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1). (Foto: Ist)

BANDUNG - Direktur Eksekutif Indobarometer Muhammad Qodari mengatakan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2018 dapat menjadi acuan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin untuk memenangkan Pilpres 2019.

Qodari mengatakan, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum yang notabene berada di pihak Jokowi-Ma'ruf menang di 14 dari 27 kabupaten/kota. Sementara pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) yang merupakan calon dari PKS dan Gerindra menang di delapan kabupaten/kota.

"Rindu (Ridwan-Uu) menang di 14 kabupaten/kota, Hasanah (TB Hassanudin-Anton Charliyan) menang di dua kabupaten, Asyik (Sudrajat-Ahmad Syaikhu) menang di delapan kabupaten/kota. Pasangan 2DM (Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi) di tiga kota kabupaten," kata Qodari saat menghadiri nonton bareng Debat Capres tahap I di Rumah Pemenangan Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin, Kota Bandung, Kamis (17/1) malam.

Menurutnya, wilayah paling vital yang harus dikuasi Jokowi, yakni daerah-daerah utama yang dikuasai Sudrajat-Syaikhu. Delapan daerah tersebut disinyalir menjadi salah satu basis suara terbanyak di Jabar.

Delapan kota yang dikuasai Asyik kala itu di antaranya Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Sukabumi, dan Kota Bekasi. Jika ingin selamat di Jabar, maka pasangan calon nomor urut 01 tersebut wajib menguasai daerah-derah di atas.

"Daerah-daerah pemenangan Asyik inilah yang saya sebut sebagai Jalur Gaza. Anda (kepada para relawan) yang ada di daerah ini, harus bekerja lebih kasar dari pada yang lain," ucapnya.

Jika menilik Pilpres 2014, Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya menang di empat kabupaten dan kota saja. Sementara ada 22 dari 26 kabupaten dan kota dikuasai Prabowo-Hatta Rajasa.

"Empat kabupaten dan kota itu adalah Kabupaten dan Kota Cirebon, Indramayu, juga Subang. Jadi kekalahan Jokowi dari Prabowo pada 2014 selisihnya 24 persen. Prabowo waktu itu menang 13 juta suara, sementara Jokowi hanya delapan juta," ungkapnya.