Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Foto Pemprov Jawa Barat

KDM,Tantangan dan Peluang Investasi, Rebana

KDM Mengungkap ada Tantangan dan Peluang Investasi di Kawasan Rebana

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berpendapat, Kawasan Rebana, yang dirancang sebagai pusat ekonomi baru untuk Jawa Barat, belum berhasil menarik investasi secara signifikan.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berpendapat, Kawasan Rebana, yang dirancang sebagai pusat ekonomi baru untuk Jawa Barat, belum berhasil menarik investasi secara signifikan.

Kawasan Rebana, yang mencakup wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon, Majalengka, Subang, Sumedang, Indramayu, dan Kuningan, diharapkan mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Barat.

Namun, jumlah investasi yang masuk masih jauh di belakang dibandingkan dengan kawasan industri yang lebih lama seperti Bekasi, Karawang, dan Purwakarta.

Pernyataan ini disampaikan oleh KDM-sapaan akrab gubernur-dalam acara detikcom Regional Summit Jawa Barat yang mengangkat tema Investasi dan Pengembangan Berkelanjutan di Kawasan Utama Jawa Barat yang berlangsung di Kompleks BIJB Kertajati, Majalengka, pada Senin (19/5).

"Kita saat ini memusatkan perhatian pada Kawasan Rebana, dengan harapan dapat mengalami lonjakan investasi," ungkap KDM.

KDM melaporkan, dari total investasi yang masuk ke Jawa Barat pada kuartal I-2025 sebesar Rp68 triliun, sebagian besar masih terdistribusi di Kabupaten Bekasi sebesar Rp21,4 triliun, Karawang Rp15,3 triliun, Kota Bekasi Rp3,5 triliun, dan Purwakarta Rp4,97 triliun.

Di sisi lain, investasi yang masuk di Kawasan Rebana masih tergolong kecil. Kabupaten Subang menerima Rp2,39 triliun, Kabupaten Cirebon Rp878,31 miliar, Kabupaten Majalengka Rp699,57 miliar, Kabupaten Indramayu Rp362,33 miliar, Kota Cirebon Rp252,46 miliar, dan Kabupaten Kuningan Rp67,54 miliar.

KDM mengidentifikasi beberapa alasan mengapa investasi di Kawasan Rebana belum maksimal. Dari ketidakmerataan pembangunan konektivitas infrastruktur hingga kesiapan sumber daya manusia yang masih terbatas.

“Pertama, infrastruktur konektivitas masih kurang memadai. Kedua, fasilitas dan infrastruktur seperti jaringan air bersih masih sangat terbatas,” tambahnya.

Ia menggarisbawahi pentingnya bagi pemerintah untuk memastikan masyarakat benar-benar merasakan keuntungan dari investasi yang ada.

Sebagai tindak lanjut, peningkatan kualitas sumber daya manusia harus diselaraskan dengan permintaan di sektor industri.

“Harus ada hubungan yang harmonis antara pendidikan dan dunia kerja. Jangan sampai siswa SMK belajar selama tiga tahun, namun saat lulus masih perlu mengikuti kursus tambahan agar diterima di industri,” ujarnya.

Selanjutnya, KDM juga mengajak daerah di Kawasan Rebana yang memiliki potensi kawasan hijau untuk tidak terburu-buru dalam mengembangkan kawasan industri.

Ia berpendapat bahwa investasi tidak selalu harus berupa industri manufaktur. Sektor pariwisata, industri kreatif, dan pertanian juga memiliki potensi yang sangat besar.

“Hotel dan restoran memberikan kontribusi langsung melalui pajak daerah. Industri pariwisata juga mendukung ekosistem ekonomi lokal. Pada akhir pekan, pekerja membutuhkan hiburan dan kuliner, dan hal tersebut dapat menjadi penggerak ekonomi,” katanya.

Di bidang pertanian, KDM mengungkapkan, Jawa Barat tetap stabil berkat dukungan cuaca dan kebijakan pemerintah, termasuk distribusi pupuk dan penguatan ekosistem pertanian.

Dorong Optimalisasi BIJB Kertajati Lewat Embarkasi Haji dan Umroh

Pada kesempatan itu, Gubernur KDM juga menggarisbawahi pentingnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, yang katanya masih memerlukan perhatian khusus agar menjadi lebih efektif.

"Bandara ini perlu beroperasi secara optimal karena merupakan investasi yang signifikan. Saat ini pengelolaannya menjadi tanggung jawab kita, dan rekan-rekan seperti Bank Jateng juga terlibat. Oleh karena itu, perlu langkah nyata agar BIJB dapat berkembang," tegasnya.

KDM melihat potensi besar dari tingginya jumlah keberangkatan haji dan umroh dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan BIJB.

"Salah satu kesempatan yang bisa dioptimalkan adalah keberangkatan jemaah haji dan umroh. Jawa Barat selalu mencatat jumlah jemaah yang tinggi setiap tahun," ujarnya.

Ia juga mendorong pengembangan infrastruktur pendukung, seperti tempat tinggal bagi jemaah di sekitar bandara, serta peningkatan ekosistem ekonomi yang terkait dengan haji dan umroh.

"Harus ada perhatian terhadap kenyamanan. Salah satu caranya adalah dengan menyediakan akomodasi bagi jemaah haji dan umroh di dekat bandara. Selain itu, juga diperlukan pasar oleh-oleh, pusat souvenir, dan produk khas haji di area ini," katanya.

Sumber: jabarprovgoid

Komentar