Ada 21 Titik Kemacetan di Arteri Non-Tol Pantura

Ada 21 Titik Kemacetan di Arteri Non-Tol Pantura Salah satu jalur Pantura di Lohbener, Indramayu, Jawa Barat, Minggu (26/5/2019). (Foto: Antara Foto).

BANDUNG - Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat (Dishub Jabar) menyatakan, sebanyak 21 pasar tumpah berpotensi menjadi titik kemacetan saat arus mudik dan balik Lebaran 2019 berlangsung, di mana keberadaan pasar tumpah tersebut tersebar di wilayah pantai utara (pantura) Jabar.

"Jadi khusus di wilayah pantura Arteri Nontol itu kami mencatat ada 21 pasar yang berpotensi jadi titik kemacetan, sejak Karawang sampai Cirebon. Kemudian dari Patrol, Eretan sampai Losari, plus ada persimpangan," kata Kepala Dishub Provinsi Jabar, Hery Antasari di Bandung, Selasa (28/5).

Ia menjelaskan, kemacetan saat arus mudik dan balik Lebaran biasanya terjadi karena berkaitan adanya hambatan samping, seperti pasar tumpah hingga angkutan non-bermotor seperti becak dan delman.

"Selain itu, kemacetan saat mudik juga bisa disebabkan karena aktivitas wisata," kata Hery.

Dia menjelaskan, titik kemacetan arus mudik dan balik Lebaran 2019 diprediksi akan terjadi di wilayah utara dan tengah, sedangkan untuk jalur selatan Provinsi Jabar diprediksi tidak lagi menjadi titik kemacetan.

Menurut Hery, titik kemacetan jalur tengah Jabar meliputi kawasan Puncak Bogor, Bandung, Tasikmalaya hingga Banjar.

"Sementara, untuk titik kemacetan di Jalur Utara Jawa Barat itu ada di pantura berkaitan dengan hambatan samping, seperti pasar tumpah seperti itu atau ada penyeberangan," kata Hery.

Menjelang pelaksanaan arus mudik dan balik Lebaran tahun ini, pihaknya sudah melakukan empat kali survei ke lapangan untuk memantau jalur dan fasilitas pendukung untuk arus mudik dan balik.

"Hasil pantauan kami secara umum, kami siap meskipun ada beberapa titik yang memang harus diwaspadai, khususnya tentang penerangan jalan. Kemudian terkait dengan keamanan, kelengkapan jalan dan terkait rambu," ungkap Hery.

Pihaknya mengimbau kepada pemudik, agar memerhatikan kondisi kendaraan dan fisik mereka karena pelaksanaan arus mudik dan balik tahun ini berada di musim peralihan, dari musim hujan ke panas.

"Kita juga sekarang lagi di ujung musim penghujan. Tidak musim hujan pun di Jabar ini menjadi perhatian, sehingga kita memberikan perhatian khusus dan ini menyebar seluruh Jabar, baik di kawasan tengah sampai selatan," paparnya.

Dengan kondisi topografi yang berupa pegunungan dan perbukitan maka hal tersebut menjadi kerawanan sendiri saat dijadikan arus mudik, demikian menurut Hery. (Ant).