Pengamat: Perang Diksi Paslon Capres Belum Efektif Gaet Swing Voters

Pengamat: Perang Diksi Paslon Capres Belum Efektif Gaet Swing Voters Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto. (Foto: Ist)

JAKARTA - Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto menilai perang diksi yang disampaikan para pasangan calon (paslon) capres-cawapres belum efektif dalam menggaet massa mengambang atau swing voters.

Dia mengatakan, banyak masyarakat tidak peduli dengan pernyataan seperti politik genderuwo, politisi sontoloyo, dan hijrah kecuali mereka yang ada di dalam barisan pasangan calon. Gun Gun mencontohkan, pemilih yang berafiliasi pada Prabowo Subianto melihat diksi wajah Boyolali bukanlah sebagai bullying tetapi kritik sosial atas ketimpangan di masyarakat.

"Selama 1,5 bulan kampanye ini belum efektif garap swing voter karena baru meneguhkan suara pada pemilih yang sejak awal kecenderungan pada Jokowi dan Prabowo," kata Gun Gun usai diskusi bertajuk Perang Diksi Antar Kandidat di kantor Populi Center, di Jakarta, Kamis (16/11).

"Lalu di kubu Jokowi menilai kata-kata hijrah itu positif, dan politik genderuwo harus dilihat isinya," ujarnya.

Menurutnya, swing voter masih menunggu perkembangan dari dua pasangan calon. Dengan kata lain, perang diksi yang dimainkan belum tereksposur oleh kedua kubu.

Gun Gun menerangkan, kedua paslon harus menampilkan program yang kontras di antara keduanya bukan justru menonjolkan gimik dan pemilihan diksi. Menurutnya, pemilihan diksi yang dimainkan seharusnya berbasis pada program masing-masing calon.

"Misalnya, bagaimana keberbedaan program ekonomi Prabowo dengan Jokowi, kebijakan luar negeri, pola pengentasan ekonomi dan kemiskinan," katanya. (Ant)