Tiga Penyakit Ini Jadi 'Top Three' di RSUD Kabupaten Bekasi

Tiga Penyakit Ini Jadi 'Top Three' di RSUD Kabupaten Bekasi Ilustrasi virus penyebab penyakit menular. (Image: Pixabay.com).

CIKARANG, BEKASI - Pasien Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif, Tuberculosis (TB) atau flek paru, dan HIV/AIDS menjadi yang tertinggi di RSUD Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Direktur RSUD Kabupaten Bekasi, Sumarti mengatakan berdasarkan data RSUD Kabupaten Bekasi pada tahun 2018 lalu, pasien rawat jalan gagal jantung kongestif menduduki peringkat pertama dengan jumlah 8.486. Sedangkan TB sebanyak 5.689 dan HIV/AIDS 5.423 orang.

"Hingga semester pertama 2019, pasien HIV/AIDS paling banyak dilayani dengan jumlah 3.490 orang. Kemudian gagal jantung kongestif 1.826 pasien dan TB 1.805 pasien," kata Sumarti di Cikarang, Senin (12/8).

Sumarti mengatakan, tiga penyakit tersebut trennya meningkat sejak beberapa tahun lalu. Khususnya penyakit gagal jantung kongestif, ini dipicu karena gaya hidup dan pola makan yang salah.

"Orang sekarang kan serba ingin instan. Kalau makan ingin yang cepat saji. Itu juga menjadi penyebabnya. Kemudian stres juga bisa menjadi pemicunya," kata Sumarti.

Saat ini, gagal jantung tidak lagi dikategorikan sebagai penyakit 'orang kaya' karena penyakit yang disebabkan kegagalan jantung dalam memompa pasokan darah ini, bisa menyerang siapa saja.

"Kalau dulu memang kita sering dengar orang kaya terserang penyakit jantung. Tapi kalau sekarang enggak begitu lagi. Siapa saja bisa gagal jantung," imbuh Sumarti.

Tuberculosis dan HIV/AIDS

Sementara, untuk kasus HIV juga cukup memprihatinkan karena selain jumlahnya yang terus meningkat. Mirisnya, beberapa di antaranya diketahui ada yang masih anak-anak.

"Di RSUD Kabupaten Bekasi ada Klinik Pelangi. Klinik ini khusus melayani pasien rawat jalan HIV, ada sekitar 500 orang yang dilayani. Mulai dari orang dewasa sampai anak-anak," katanya.

Sedangkan kasus TB, menurut Sumarti, peningkatannya disebabkan risiko penularan yang tinggi karena masih banyak pasien TB yang enggan berobat secara rutin.

"Pasien TB di Kabupaten Bekasi banyak juga yang rujukan dari daerah lain. Tapi memang penyakit ini ketika terjadi kontak, maka risiko penularannya tinggi," ucapnya.

RSUD Kabupaten Bekasi kini telah dapat melayani sepenuhnya pasien kasus HIV/AIDS dan TB sementara untuk jantung, rumah sakit milik daerah ini merujuk ke rumah sakit lain, jika memerlukan tindakan operasi.

"Kami sudah ada kajian. Kami ingin kembangkan rumah sakit untuk pelayanan operasi jantung, pasang ring jantung. Saya sudah belajar ke RS Harapan Kita. Rencananya 2020, kami latih SDM dan 2021 beli alat-alatnya," harap Sumarti. (Ant).