Nilai Matematika Rendah, Lulusan SMK Jabar Kurang Diminati

Nilai Matematika Rendah, Lulusan SMK Jabar Kurang Diminati Ilustrasi pelajaran Matematika. (Image: Pixabay.com).

BANDUNG - Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat menyatakan, nilai mata pelajaran matematika lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Jawa Barat cukup rendah, dibandingkan dengan lulusan SMK Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sehingga hal itu membuat angka pengangguran lulusan SMK di provinsi ini tinggi.

"Di Jabar itu pelaku industri untuk mencari lulusan SMK dengan nilai (matematika) di atas 3,5 sangat sulit. Di Jateng atau Jatim rata-rata nilainya 6 sampai 7," kata Sekretaris Komisi V DPRD Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya ketika dihubungi di Bandung, Kamis (18/7).

Dia mengatakan, akhir-akhir ini SMK menjadi prioritas dibandingkan SMA negeri dan swasta di Jawa Barat dengan harapan bisa langsung bekerja seusai lulus sekolah.

"Namun, khusus Jabar ada permasalahan ternyata siswa SMK lebih banyak dibandingkan SMA, dan secara statistik ketika tidak terserap di dunia kerja maka kontribusinya besar dalam pengangguran," kata Abdul.

Politisi dari Fraksi PKS DPRD Jawa Barat ini mengatakan, fakta tentang rendahnya nilai matematika SMK di Jabar didapatkan pihaknya setelah menelusuri fenomena tersebut, ke sejumlah perusahaan di Jawa Barat.

Masukan dari Pihak Perusahaan

Menurut Abdul, setiap bagian sumber daya manusia perusahaan di Jawa Barat ini, menyatakan tidak menerima lulusan SMK bernilai matematika rendah tersebut.

Pihak industri, katanya, dengan alasan tersebut cenderung membuka pintu kepada lulusan SMK di luar Jabar, contohnya sebuah industri otomotif di Jabar yang bahkan punya kelas jauh di sebuah SMK di Jawa Tengah.

Abdul mengatakan, berdasarkan hasil audiensi dengan HRD perusahaan ini, nilai matematika menentukan tingkat kemampuan seseorang dalam menanggapi risiko kerja. Sedangkan pegawai dengan nilai matematika rendah, katanya, memiliki risiko yang tinggi mengalami kecelakaan kerja.

"Jadi pegawai yang nilai matematikanya rendah, potensi mengalami kecelakaan kerja yang tinggi. Kemampuan memprediksi bahaya mereka terbilang lemah," kata Abdul.

Padahal di sisi lain, katanya, siswa SMK ini diharapkan bisa diterima kerja dengan cepat setelah lulus. Tapi, fakta lapangannya, ternyata prestasi masing-masing sebagai penentu untuk peluang mereka.

Sementara itu, di sisi lain, Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah industri terbesar di Indonesia.

"Faktor lainnya, ada semacam hambatan mental. Orang Jabar ketika kerja di daerah sendiri, mereka punya mentalitas tinggi hati, suka protes, disiplin rendah, enggan mendapat pekerjaan berat. Itu masukan dari para HRD di Jabar," ungkap Abdul blak-blakan. (Ant).