Tanah bergeser, puluhan warga Kampung Gunungbatu mengungsi

Tanah bergeser, puluhan warga Kampung Gunungbatu mengungsi Warga Kampung Gunungbatu, Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mengungsi di tenda akibat pergeseran tanah, Jumat (26/4/2019). (Foto: Antara Foto).

Sukabumi - Ratusan warga Kampung Gunungbatu, Kedusunan Liunggunung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memilih mengungsi karena permukiman mereka berada di lokasi bencana pergesaran tanah yang setiap hari terus meluas.

"Ada sekitar 150 warga yang tinggak di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung yang mengungsi baik di tenda peleton, masjid, rumah saudaranya, dan beberapa lokasi lainnya," kata tokoh masyarakat Desa Kertaangsana, Asep Has, di Sukabumi, Jumat.

Warga memilih mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir bencana itu terus meluas. Apalagi puluhan rumah warga sudah mengalami kerusakan, seperti retak pada dindingnya dan miring, karena fondasinya ambles akibat tanah retak.

Selain itu, curah hujan yang tinggi menyebabkan warga semakin takut tinggal di dalam rumahnya ditambah pergeseran tanah meluas dan lebar retakannya semakin membesar. Mereka mengungsi untuk antisipasi jatuhnya korban jiwa atau kejadian lainnya yang tidak diinginkan.

Asep yang juga relawan itu, menambahkan kondisi warga cukup memprihatinkan, apalagi ada beberapa balita yang ikut mengungsi khawatir kondisi kesehatannya menurun dan jatuh sakit, sedangkan kondisi di pengungsian, antara lain udara cukup dingin karena turun hujan.

Pihaknya juga meminta kepada pemerintah, khususnya Badan Geologi, segera melakukan penelitian di lokasi bencana, agar warga bisa mengetahui kondisi status bahaya pergeseran tanah itu.

"Sebagian masyarakat masih bertahan mengungsi, tetapi saat malam hari jumlah warga yang mengungsi akan bertambah banyak. Antisipasi hal yang tidak diinginkan warga dan relawan terus bersiaga di lokasi," katanya.

Asep mengatakan informasinya, Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi akan mendirikan dapur umum di lokasi pengungsian untuk membantu warga.

Lahan bekas dimanfaatkan untuk pengungsian sementara

Selain itu, pihaknya juga akan memanfaatkan lahan bekas pasar untuk dijadikan pengungsian sementara dengan cara membuat sekatan dari tripleks agar pengungsi lebih nyaman.

Dia mengatakan di sekitar pengungsian juga akan dibangun WC umum dan tempat sanitasi lainnya yang bisa digunakan warga, baik untuk mandi, mencuci, atau aktivitas rumah tangga lainnya.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Iyos Sumantri pada Jumat, (26/04/19) pagi, mengunjungi lokasi pengungsian di Kampung Gunungbatu untuk melihat kondisi warga.

Kunjungan itu untuk mencari solusi terkait dengan pergeseran tanah dan memberikan bantuan darurat kepada warga yang terdampak bencana.

Di lokasi kejadian sudah ada puluhan rumah warga yang mengalami kerusakan dan ratusan lainnya terancam bencana itu, sehingga harus dilakukan penanggulangan secepatnya dan menurunkan tim dari Badan Geologi.
 
Ridwan Kamil ajak warga viralkan kesadaran bencana
Sementara itu Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengajak warganya, khususnya relawan bela alam, untuk bisa menyebarkan pesan kesadaran terhadap bencana dengan cepat melalui media sosial (viral).

"Modal ponsel dengan dunia digital kita bisa edukasi dengan ilmu. Kita geser keriuhan Pilpres dan fokus masa depan," kata Ridwan di acara Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di Lembang, Bandung, Jumat (26/04/19).

Dia mengatakan informasi kebencanaan bukan hanya saat terjadi bencana tetapi juga antisipasinya. Masyarakat harus tahu bagaimana membangun fasilitas yang tahan terhadap bencana.

Selain itu, katanya, masyarakat harus paham mengenai hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana, seperti melindungi kepala saat terjadi gempa bumi dan lainnya.

Ridwan mengatakan otoritas terkait saat ini sedang menyiapkan cetak biru mitigasi bencana. Salah satunya, pendidikan antisipasi bencana di lingkungan sekolah.

Cetak biru pendidikan kebencanaan, katanya, bisa menjadi yang pertama di Indonesia untuk diterapkan.

"Dulu saya sekolah tidak ada. Hal itu saat ini penting. Jabar memiliki Sesar Lembang sepanjang 29 kilometer yang membentang dari Cisarua-Padalarang dengan pergerakan 3-5,5 milimeter per tahun," katanya.

Adapun kesadaran terhadap bencana di Indonesia 30 persen korban menyelamatkan diri sendiri sementara 70 persen ditolong orang lain.

"Ini mengindikasikan keilmuan penyelamatan diri masih rendah. Perlu ditingkatkan," kata dia.

Dia mengatakan Jabar juga memiliki potensi bencana lain di banyak tempat baik itu banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lainnya.

Bahkan, lanjutnya, Jabar memiliki Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) sebesar 166 dengan kelas rentan bencana.

Dia mengatakan tiga kabupaten yaitu Cianjur, Garut dan Sukabumi menduduki secara berurutan peringkat 1, 2 dan 3 IRBI. (ANT).