Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Tak Bisa Diandalkan

Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia Tak Bisa Diandalkan Prajurit KRI Torani 860 mengamati aktivitas Gunung Anak Krakatau saat erupsi di Perairan Selat Sunda Foto: Laman alinea.id.

Jakarta, Jurnal Jabar – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai sistem peringatan dini tsunami di Indonesia atau INA TEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) masih bermasalah dan tidak bisa diandalkan masyarakat dalam menghadapi tsunami. Peneliti Pusat Riset Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, mengatakan masih ada beberapa kejadian sistem itu gagal dalam memberikan peringatan dini.

"Terus terang harus diakui sistem itu belum berjalan dengan baik. Sehingga kemudian masyarakat tidak bisa bergantung pada sistem itu. Dari beberapa kejadian sebenarnya sistem itu gagal dalam memberikan peringatan dini," kata Eko, Senin (20/09/2021), dilansir dari laman alinea.id.

Eko menjelaskan, banyak wilayah di Indonesia jika terjadi tsunami hanya butuh waktu 10 menit mencapai daratan, salah satunya di sebelah barat Sumatera.

"Hanya butuh waktu kurang dari 10 menit dari gempa, tsunami akan mencapai daratan. Misalnya pantai di sebelah barat Sumatera, dari Simeulue, Nias Mentawai Enggano. Semua pantai ini sangat dekat dengan sumber gempa," sambungnya.

Ia menambahkan, pada 2010 tsunami mencapai daratan dalam tempo 7 hingga 8 menit. Hal yang sama dengan kejadian tsunami di Selat Sunda dan di Palu.

"Waktu yang begitu pendek sehingga tidak mungkin diatasi oleh sistem peringatan dini yang kita miliki sekarang," tambah Eko.
Karena itu, Eko meminta masyarakat menjauhi sungai dan jembatan jika terjadi tsunami. 

"Naiklah ke pohon, bangunan tinggi atau bukit terdekat. Kalau sempat terbawa oleh gelombang cari benda yang terapung sebagai pelampung. Kalau sedang berada di laut, jangan berlari ke darat," pungkasnya.