Nelayan di Pesisir Bekasi Minta Kompensasi ke Pertamina

Nelayan di Pesisir Bekasi Minta Kompensasi ke Pertamina Petugas berjalan di samping jajaran karung berisi limbah kebocoran minyak mentah Pertamina di kawasan ekosistem mangrove Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Selasa (6/8/2019). Tiga desa di Kecamatan Muaragembong terdampak kebocoran minyak mentah Pertamina yaitu Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti dan Pantai Sederhana. (Foto: Antara Foto).

CIKARANG, BEKASI - Sejumlah nelayan di pesisir utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat meminta kompensasi ganti rugi, akibat terdampak tumpahan minyak Pertamina Hulu Energi di blok Offshore North West Java yang berlokasi di sekitar dua kilometer dari Pantai Utara Jawa, Kabupaten Karawang.

Nelayan Desa Pantai Sederhana, Nurali Enjok (59) meminta PT Pertamina bertanggung jawab atas insiden tumpahan minyak itu. 

Pasalnya, pencemarannya telah meluas ke wilayah desanya dan berdampak langsung bagi kelangsungan mata pencahariannya itu.

"Kalau boleh meminta, saya dan teman-teman nelayan di sini ingin ada kompensasi dari Pertamina apa pun bentuknya nanti. Karena di Karawang informasinya warga di sana sudah dijanjikan ganti rugi," kata Nurali di Cikarang, Rabu (7/8).

Nurali mengatakan, sebelum insiden itu para nelayan mampu menghasilkan tangkapan ikan, udang, rajungan, dan cumi hingga 10 kilogram (kg) sehari. Namun, kini mereka hanya mampu menangkap satu hingga dua kg perhari.

Nurali juga mengeluhkan isu ikan beracun yang beredar di masyarakat, hingga ke lapak penjualan dan pelelangan ikan di wilayahnya.

"Jadi ada isu temuan ikan mati akibat limbah minyak itu. Sudah dapatnya sedikit, dijualnya juga murah tapi mau tidak mau karena ini satu-satunya penghasilan kami. Atas nama nelayan di Muaragembong ini, saya memohon kebijaksanaan Pertamina agar ke depan usaha kami lebih baik dari saat ini," kata Nurali.

Selain Desa Pantai Sederhana, dua desa di Kecamatan Muaragembong, masing-masing Desa Pantai Bahagia dan Pantai Bakti juga mengalami hal serupa. 

Tumpahan minyak yang mulai memasuki perairan mereka sejak Minggu (21/7) lalu itu berdampak signifikan, terhadap kelangsungan hidup nelayan dan petani tambak.

Petambak ikan dan udang di Desa Pantai Bahagia, Surin (41) mengaku insiden tumpahan minyak itu menyebabkan ikan dan udang miliknya mati.

"Tambak saya letaknya di tepi laut dan air laut menjadi andalan saya untuk mengairi tambak. Limbah Pertamina masuk ke tambak saya terutama saat air pasang di malam hari," kata Surin.

Surin juga berharap, PT Pertamina segera menyelesaikan persoalan pencemaran air laut karena tumpahan minyak itu. Mereka meminta kompensasi atas kerugian yang dialami akibat matinya ikan dan udang peliharaannya.

"Jadi kalau bisa, kami jangan hanya diberi imbalan untuk membersihkan tumpahan minyaknya saja, tapi kami minta ganti rugi atas kejadian ini. Kalau nelayan Karawang katanya dikasih kompensasi, mengapa kami di sini sampai sekarang belum menerimanya. Apa bedanya kami dengan mereka yang di Karawang," kata Surin. (Ant).