'Bandung Barat Lumpaaat' di Apkasi Otonomi Expo 2019

'Bandung Barat Lumpaaat' di Apkasi Otonomi Expo 2019 Booth Kabupaten Bandung Barat di Apkasi Otonomi Expo 2019, 3-5 Juli 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat. (Foto: Rina Suci).

JAKARTA - Warga Bandung pasti tak asing lagi dengan Lembang, wilayah sejuk yang terletak di dataran tinggi. Lembang hingga kini masih menjadi salah satu tujuan wisata favorit warga yang berlibur. 

Tapi mungkin tak banyak yang 'ngeuh', bahwa Lembang merupakan salah satu wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB). KBB memang baru berumur 12 tahun, sebuah kabupaten hasil pemekaran yang sedang giat membangun, dan mempromosikan potensi daerahnya. 

KBB juga menjadi salah satu peserta Apkasi Otonomi Expo 2019, yang telah berlangsung dari 3-5 Juli 2019, di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat. 

Kabupaten yang dipimpin oleh Bupati AA Umbara Sutisna dan Wakil Bupati Hengky Kurniawan itu, menitikberatkan potensi investasi pada sektor pariwisata, jasa, dan hasil bumi. 

 

Kaos Serat Bambu salah satu produk dari Kabupaten Bandung Barat, di Apkasi Otonomi Expo 2019, 3-5 Juli 2019 di JCC, Jakarta. (Foto: Rina Suci).

 

Jurnal Jabar menemui dan berbincang dengan Kepala Bidang Iklim dan Promosi Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bandung Barat, Dadang Dahyar, di booth Kabupaten Bandung Barat, Jumat (5/7) di expo tersebut.

Menurut Dadang, target yang ingin dicapai oleh KBB dengan mengikuti Apkasi Otonomi Expo 2019 adalah mendapatkan investor, baik dari dalam negeri, maupun luar negeri. 

"Kata Pak Bupati, kami itu harus 'lumpat' atau berlari, semuanya harus dikejar dan program harus terlaksana. Dengan tujuan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) untuk kesejahteraan warga," kata Dadang membuka obrolan. 

Menurut Dadang, KBB yang mengusung jargon AKUR (Aspiratif, Kreatif, Unggul, Religius), merupakan wilayah yang cukup luas dengan beragam potensi di dalamnya. 

"Ya, mudah-mudah para investor melirik kami, di sini ada destinasi wisata baru diperkenalkan kepada masyarakat. Destinasi wisata baru yang dikembangkan seperti Curug Malela, Bukit Senyum, Gua Pawon, dan lain sebagainya. Investor yang ditarget dari luar negeri dan dalam negeri. Setelah dua hari ini, alhamdulillah, banyak yang melirik dan menanyakan potensi (berinvestasi) di UMKM juga," jelas Dadang.

Potensi di KBB, menurut Dadang, sangatlah banyak. Bukan cuma Lembang yang terkenal dan jadi primadona. Akan tetapi potensi lainnya juga sangat menarik dan memiliki keunggulan sendiri.

 

Kepala Bidang Iklim dan Promosi Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Bandung Barat, Dadang Dahyar. (Foto: Rina Suci).

 

Ia mencontohkan di KBB bagian selatan, di mana banyak pohon bambu tumbuh subur. Oleh sebab itu, KBB juga mendukung UMKM yang mengembangkan bambu menjadi beragam produk, seperti alat musik, jam tangan bambu, kaos serat bambu, dan lain sebagainya. 

"Bahkan, di Dusun Bambu Kabupaten Bandung Barat mau dibangun kawasan kebun bambu yang terbesar di Asia Tenggara, jadi akan dijadikan satu tujuan wisata juga, di sana UMKM juga akan jualan, rumah-rumah akan dibangun dari bambu, menawarkan udara segar juga," ungkap Dadang.

Ia merujuk pada pesan Bupati AA Umbara, bahwa program yang paling ditekankan oleh Pemkab Bandung Barat adalah sektor pariwisata. "Selain itu ekonomi kreatif seperti UMKM yang pelakunya adalah milenial. Wakil bupati kami, Pak Hengky, merangkul milenial karena beliau juga milenial," kata Dadang. 

Ia juga menjelaskan, bahwa bukan hanya Lembang yang potensinya bagus, terlebih banyak wilayah lain yang tak kalah potensinya. "Cikole, Tangkuban Parahu, nanti juga ada Ikea di Padalarang, Cikalong Wetan, dan lain-lain" sebutnya. 

Dadang juga mengatakan untuk menjaga keseimbangan alam, mengingat pariwisata bisa berpotensi pada kerusakan lingkungan, maka hal tersebut telah dipikirkan oleh Pemkab Bandung Barat. 

"Sekarang dalam wisata semua perangkat daerah terlibat untuk menjaga lingkungan daerah wisata juga. Supaya mencegah kerusakan di daerah tujuan wisata juga, itu sudah dipikirkan," imbuhnya.

Dengan begitu, tawaran berinvestasi di KBB bukan cuma mementingkan jangka pendek semata, tetapi jangka panjang di mana lingkungan KBB tetap terpelihara. 

Tetapi justru ada hal menarik dari pengalaman Dadang, mewakili KBB, mengikuti expo tersebut. "Menurut saya investor yang sungguh-sungguh itu dari dalam daerah (orang Indonesia)," katanya.

Meskipun demikian, Dadang mengatakan, KBB tetap menjaring investor dari luar negeri juga. Seperti halnya Ikea dari Swedia berinvestasi di Padalarang salah satu wilayah KBB. 

Ia menjelaskan, bahwa saat ini investor banyak yang melirik sektor pariwisata. Sektor di mana ada kombinasi antara jasa dan fasilitas wisata.

 

Beberapa produk olahan kopi dari Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Rina Suci).

 

Tetapi, ada satu sektor yang bisa dibilang 'tak ada matinya', yaitu perkebunan baik sayur dan bunga khas KBB. 

"Yang jadi primadona di wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat adalah sayuran. Mulai dari sayuran daun dan buah, dikembangkan dengan hidroponik. Jadi petani di Bandung Barat sudah modern, baik petani yang dibina oleh dinas pertanian, maupun mereka melihat (belajar) dari internet. Produksi bunga dari Lembang dan Cisarua saja lebih dari 50% dikirim ke Jakarta," papar Dadang yang menyebutkan juga bahwa wilayah Parompong, Cihideung, dan Cisarua, merupakan sentra produksi bunga dan sayuran di KBB.

Sementara itu, KBB juga masih memiliki potensi hasil bumi lainnya yaitu kopi, kopi luwak, coklat, dan rempah-rempah. "Hasil bumi kami ada kopi dari Gunung Halu dan Maribaya, itu dibina oleh Pak Hengky (wabup), ada coklat juga, kopi luwak, rempah-rempah seperti jahe. Ada jeruk juga di maribaya," tambahnya. 

Menurut Dadang, para investor yang tertarik untuk berinvestasi dapat langsung menghubungi ke Dinas Penanaman Modal Kabupaten Bandung Barat untuk segera bisa merealisasikannya. "Nanti diarahkan oleh dinas tersebut," imbuhnya.

Salah satu pengunjung yang tertarik berbisnis di KBB adalah Novi. Saat ditemui di booth KBB di Apkasi Otonomi Expo 2019, Novi tampak sedang berbincang dengan pengrajin kerajinan berbahan dasar bambu. 
 
"Sebetulnya saya belum sampai ke tahap investor, saya baru mau mencoba, tapi saya senang dengan produk-produk kerajinan dari sini. Seperti ada kaos serat bambu, jam tangan bambu, itu saya suka," buka Novi.

 

Novi, pengunjung booth Kabupaten Bandung Barat yang tertarik berbisnis kerajinan produksi UMKM Bandung Barat. (Foto: Rina Suci).

 

Menurut Novi, kerajinan tersebut amat unik dan cocok dipasarkan di luar negeri yang menyukai produk berbahan dasar alamiah. "Kebetulan anak saya ada di luar negeri, di Jerman, Prancis dan Malaysia, jadi memperkenalkan ini di sana. Saya juga suka produk yang kembali ke nature, go green. Jam dari bambu juga unik banget karena kesan nature-nya," imbuhnya.

Novi melihat, KBB memiliki kerajinan yang sangat potensial dan unggul. "Menurut saya, Bandung Barat juga tak kalah dengan Kota Bandung. Saya harap KBB makin maju," pungkas Novi.

Menjual potensi daerah memang membutuhkan waktu, tetapi Pemkab Bandung Barat nampaknya optimistis sesuai dengan slogannya yaitu 'Bandung Barat Lumpaaat' atau Bandung Barat Berlari. 

Dadang menambahkan bahwa harapan Pemkab Bandung Barat, meskipun KBB masih muda usianya, tetapi dengan beragam potensi dan keunggulannya dapat dikenal secara luas. 

"Harapan kami mengikuti expo ini (Apkasi Otonomi Expo 2019), orang melihat KBB dan akhirnya dikenal, karena baru 12 tahun, bisa dikenal secara nasional," tandasnya menutup obrolan.